BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Labio / Palato skisis merupakan
kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah . Bibir sumbing
adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. Palatoskisis adalah
fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk
menyatu karena perkembangan embriotik.
Labio Palato skisis merupakan
suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (sumbing palatum)
dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio.
Kelainan congenital ini diduga
disebabkan karena factor herediter dan factor eksternal. Yang termasuk dalam
factor herediter yaitu gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25%
bersifat dominan, mutasi gen dan kelainan kromosom. Sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor usia ibu,obat-obatan (Asetosal,
Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid,
indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat
menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid),
Nutrisi, Penyakit infeksi (sifilis dan rubella), Radiasi,Stres emosional,
Trauma, (trimester pertama).
B.
Tujuan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Askep Neonatus Bayi dan Balita.
2.
Menambah dan memperluas pengetahuan tentang Labio palato skisis bagi penulis.
3.
Memberikan informasi kepada pembaca tentang Labio palato skisis bagi pembaca
BAB II
LANDASAN TEORI
a.
Pengertian Labioskisis dan
Labiospalatoskisis
Labio / Palato
skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah). Bibir sumbing adalah malformasi yang
disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu
selama perkembangan embriotik.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum
yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan
embriotik. Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang
dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio
skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio.
b.
Klasifikasi
1. Berdasarkan
organ yang terlibat
a) Celah di bibir
(labioskizis)
b) Celah di gusi
(gnatoskizis)
c) Celah di langit
(palatoskizis)
d) Celah dapat
terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)
2. Berdasarkan
lengkap/tidaknya celah terbentuk
a)
Unilateral Incomplete :
Apabila celah
sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke
hidung.
b)
Unilateral complete : Apabila celah
sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c) Bilateral
complete : Apabila celah
sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
c.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya
bibir sumbing
1.
Factor Genetik atau keturunan
Dimana terjadi karena adaya adanya
mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46
kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan
1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin.
Pada penderita bibir sumbing terjadi
Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel
penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47.
Jika terjadi hal seperti ini selain
menyebabkan bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan
otak, jantung, dan ginjal.
Namun kelainan ini
sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
2.
Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn
dan B6, vitamin C pada waktu hamil, kekurangan asam folat.
3.
Radiasi
4.
Terjadi trauma pada kehamilan trimester
pertama.
5.
Infeksi pada
ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella dan
Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
6.
Pengaruh obat
teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas selama
kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin
7.
Multifaktoral dan mutasi genetic
8.
Diplasia ektodermal yaitu dipakai untuk
sekelompok kelainan yang secara anatomis maupun fisiologis mengalami kerusakan
berbagai struktur, yaitu gigi, kulit beserta apendiksnya, termasuk rambut,
kuku, kelenjar ekrin dan kelenjar sebasea
d.
Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
a) Terjadi
pamisahan Langit-langit
b) Terjadi
pemisahan bibir
c) Terjadi
pemisahan bibir dan langit-langit
d) Infeksi telinga
e) Berat badan
tidak bertambah
f) Pada bayi
terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.
e.
Manifestasi
a) Pada Labio
skisis
b) Distorsi pada
hidung
c) Tampak sebagian
atau keduanya
d)
e) Adanya celah
pada bibir
f) Pada Palato skisis
g) Tampak ada
celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
h) Ada rongga pada
hidung.
i)
Distorsi hidung
j)
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit
saat diperiksadn jari
k) Kesukaran dalam
menghisap/makan.
f. Komplikasi
a) Gangguan bicara
b) Terjadinya
atitis media
c) Aspirasi
d) Distress
pernafasan
e) Resiko infeksi
saluran nafas
f) Pertumbuhan dan
perkembangan terhambat
g) Gangguan
pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius.
h) Masalah gigi
i)
Perubahan harga diri dan citra tubuh
yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh
j)
Kesulitan makan
g. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bibir sumbing à tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin
ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah,
orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik
dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka
tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.Biasanya penutupan
celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2
bulan.
Setelah memperlihatkan penambahan berat
badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedahan ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan
kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat
yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi
masing-masing penderita.
Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan
– 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka
sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila
sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan
bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bayi lahir
spontan dengan usia kehamilan cukup, berat bayi lahir cukup, apgar skore baik,
pada saat pemeriksaan awal ditemukan kelainan kongenital labiopatoskisis.
Diduga kuat akibat konsumsi obat-obatan sang ibu ketika masa kehamilan.
Penatalaksanaan bayi ini seperti penatlaksanaan rutin bayi baru lahir, hanya
saja diperlukan konsultasi kepada ahli bedah untuk penanganan selanjutnya.
B.
Saran
Mengingat proses penulisan makalah ini
kami rasakan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat
penulis harapkan demi perbaikan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz
Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Anonim.
Labiopaltoskisis. www.scrib.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013 Pukul 15.00 WiB
Sjamjuhidayat.
DeJong. 2005. BukuAjarIlmuBedah. Jakarta:EGC.
http://nurswifery.blogspot.com/2012/10/labioskisis-dan-palatoskisis.html. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013
Pukul 14.30 WIB
http://tiwimarthayudiblog.wordpress.com/2012/12/04/labioskisis/html. Diakses pada tanggal 28 Maret 2013
Pukul 14. 30 WIB
No comments:
Post a Comment