PEDOMAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Posted on 4-6-2012 by kuliahbidan
Tingginya kasus
kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan
oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang
dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan
Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a) Keluarga Berencana untuk membantu para ibu dan
suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b) Asuhan Antenatal Terfokus untuk memantau
perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan
persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c) Asuhan Pascakeguguran untuk menatalaksana
gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan
Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman
dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi
sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya
menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu.
Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat
terjadinya
Pergeseran Paradigma
Pergeseran Paradigma
Fokus asuhan
persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan
kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih
dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh
dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
· Mencegah Perdarahan Pascapersalinan
yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling
dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
· Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin
karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum.
· Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
· Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa
tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini
diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan,
berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.
· Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan
asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan
sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung
bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman
bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi
asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat,
menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar,
memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan
pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah
hipotermia.
Paradigma baru
(aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi
yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu
upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar
persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas
maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada
tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk
melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai
komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan
tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi
yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal
Kajian kinerja
petugas pelaksana pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bekerjasama dengan
Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dengan
bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya kesenjangan kinerja
yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Temuan
ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan klinik yang
diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan. Dasar pelatihan
klinik asuhan persalinan normal ini adalah asuhan yang bersih dan
aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta
asfiksia bayi baru lahir.
Asuhan
Persalinan Normal
Tujuan asuhan
persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa:
Setiap intervensi yang akan
diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti
ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan
proses persalinan
Keterampilan
yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai
dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh
setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat
terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja
seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis
asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat
persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan dalam
buku acuan ini adalah:
a. Secara konsisten dan sistematis menggunakan praktik
pencegahan infeksi seperti cuci tangan, penggunaan sarung tangan, menjaga
sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses persalinan, kebutuhan bayi dan
proses ulang peralatan bekas pakai.
b. Memberikan asuhan yang diperlukan,
memantau kemajuan dan menolong proses persalinan serta kelahiran bayi. Menggunakan
partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai upaya pengenalan adanya
gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar dapat memberikan tindakan
yang paling tepat dan memadai.
c. Memberikan asuhan sayang ibu di
setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas, termasuk memberikan
penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses persalinan dan kelahiran
bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Merencanakan persiapan dan melakukan
rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap tahapan persalinan dan
tahapan waktu bayi baru lahir.
e. Menghindarkan berbagai tindakan yang
tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi urin atau
episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap, meminta
ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada bayi
baru lahir.
f. Melaksanakan penatalaksanaan aktif
kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
g. Memberikan asuhan segera pada bayi
baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi, pemberian ASI sedini
mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda komplikasi dan mengambil
tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
h. Memberikan asuhan dan pemantauan
pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan dan kenyamana ibu dan
bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda bahaya atau komplikasi
pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan yang sesuai.
i. Mengajarkan pada ibu dan keluarganya
untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa nifas pada ibu dan bayi baru
lahir
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang
telah diberikan.
Pada akhir pelatihan, peserta latih harus menguasai pengetahuan dan keterampilan
yang telah ditetapkan sehingga mampu untuk memberikan asuhan persalinan yang
aman dan bersih serta mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi baru
lahir, baik di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi maupun pada awal masa
nifas. Peserta latih adalah petugas kesehatan yang akan menjadi pelaksana
pertolongan persalinan, juga harus mampu untuk mengenali (sejak dini) setiap
komplikasi yang mungkin terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan dan
sesuai dengan standar yang diinginkan. Praktik terbaik asuhan persalinan normal
terbukti mampu mencegah terjadinya berbagai penyulit atau komplikasi yang dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir sehingga upaya perbaikan
status kesehatan dan kualitas hidup kelompok rentan risiko ini dapat
diwujudkan.
No comments:
Post a Comment