MAKALAH PERLUKAAN JALAN LAHIR
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Persalinan
sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya ringan,
tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium. Pemeriksaan
vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan
pervaginam.
Sebagai
akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka pada vulva
di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang
bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka dekat klitoris.
B.Rumusan
Masalah
“Bagaimana
penatalaksanaan dalam menangani perlukaan jalan lahir”
C.Tujuan
1.Tujuan
umum
Tujuan
umum dari kami mempelajari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam
tentang perlukaan jalan lahir.
2.Tujuan
khusus
- Mengetahui pengertian dari perlukaan jalan lahir
- Mengetahui etiologi perlukaan jalan lahir
- Mengetahui patofisiologi perlukaan jalan lahir
- Mengetahui tanda dan gejala perlukaan jalan lahir
- Mengetahui penatalaksanaan medis perlukaan jalan lahir
D.Manfaat
Manfaat
dari mempelajari kasus ini adalah :
- Bagi mahasiswa
Mahasiswa
dapat mempeerluas khasanah ilmu yang lebih luas terutama dalam menangani pasien
dengan kasus perlukaan jalan lahir.
- Bagi tenaga kesehatan
diharapkan
agar dapat mengerti tentang perlukaan jalan lahir.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
- Pengertian Robekan Jalan Lahir
Perdarahan
dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Perlukaan jalan lahin terdiri dari :
- Robekan Perinium
Robekan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan
dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika
Perinium
merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk perinium (Cunningham,1995).
Terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm (Prawirohardjo,
1999). Jaringan yang terutama menopang perinium adalah diafragma pelvis dan
urogenital. Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator ani dan muskulus
koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus
levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan posterior
ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia
obturatorius.
Serabut
otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan rektum,
membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis tengah
antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada
tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis,
yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis.
Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda,
muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna
(Cunningham, 1995).
Persatuan
antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh
tendon sentralis perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis
transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang
membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung utama perinium, sering
robek selama persalinan, kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat
yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi masa
puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia eksterna.
LukaPerinium
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999).
LukaPerinium
Luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada bagian perinium dimana muka janin menghadap (Prawirohardjo S,1999).
Luka
perinium, dibagi atas 4tingkatan :
Tingkat
I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perinium
Tingkat
II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis,
tetapi tidak mengenai spingter ani
Tingkat
III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
Tingkat
IV : Robekan sampai mukosa rektum
- Robekan Serviks
Robekan
serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. bibir depan dan bibir belakang
servik dijepit dengan klem fenster kemudian serviks ditariksedidikit
untuk menentukan letak robekan dan ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit
dengan catgut kromik dimulai dari ujung untuk menghentikan perdarahan.
- Rupture Uteri
Ruptur
uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan karena angka
kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar rumah
sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen.
Ruptura
uteri masih sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih banyak
ditolong oleh dukun. Dukun seagian besar belum mengetahui mekanisme persalinan
yang benar, sehingga kemacetan proses persalinan dilakukan dengan dorongan pada
fundus uteri dan dapat mempercepat terjadinya rupturauteri.
Menurut
Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri adalah robekan atau
diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium.
Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau
traumatik. Ruptura uteri termasuk salahs at diagnosis banding apabila wanita
dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan
syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih dan
organ vital di sekitarnya.
Resiko
infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus ini.
Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para metrium,
kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga menimbulkan komplikasi
serius atau bahkan kematian. Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan
jumlah darah keluar karena perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen.
Keadaan-keadaan seperti ini, sangat perlu untuk diwaspadai pada partus lama
atau kasep.
Ruptur
Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal )
Rupture
uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan
atau tanpa robeknya perioneum visceral.
(
Obstetri dan Ginekologi ).
Ruptur
uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1.Menurut
waktu terjadinya
a)R.
u. Gravidarum
Waktu
sedang hamil
Sering
lokasinya pada korpus
b)R.
u. Durante Partum
Waktu
melahirkan anak
Ini
yang terbanyak
2.Menurut
lokasinya:
a)Korpus
uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi
seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b)Segmen
bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak
maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur
uteri yang sebenarnya
c)Serviks
uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsipal atau versi
dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
d)Kolpoporeksis,
robekan-robekan di antara serviks dan vagina
3.Menurut
robeknya peritoneum
a).
R. u. Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya (
perimetrium ) ; dalam hal ini terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan
rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b)R.
u. Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya. Perdarahan
terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke lig.latum
4.Menurut
etiologinya
a)Ruptur
uteri spontanea
Menurut
etiologinya dibagi 2 :
1)Karena
dinding rahim yang lemah dan cacat
bekas
seksio sesarea
bekas
miomectomia
bekas
perforasi waktu keratase.
Pembagian
rupture uteri menurut robeknya dibagi menjadi :
1.
Ruptur uteri kompleta
a.
Jaringan peritoneum ikut robek
b.
Janin terlempar ke ruangan abdomen
c.
Terjadi perdarahan ke dalam ruangan abdomen
d.
Mudah terjadi infeksi
2.
Ruptura uteri inkompleta
a.
Jaringan peritoneum tidak ikut robek
b.
Janin tidak terlempar ke dalam ruangan abdomen
c.
Perdarahan ke dalam ruangan abdomen tidak terjadi
d.
Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma
B.Etiologi
(penyebab)
1.
Robekan perinium
Umumnya
terjadi pada persalinan
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Jaringan parut pada perinium
- Distosia bahu
2.Robekan
serviks
a.
Partus presipitatus
b.
Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
c.
Melahirkan kepala pd letak sungsang scr paksa, pembukaan blm
lengkap
d.
Partus lama
3.
Ruptur Uteri
1.riwayat
pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2.induksi
dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3.presentasi
abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).
(
Helen, 2001 )
4.
panggul sempit
5.letak
lintang
6.hydrosephalus
7.tumor
yg menghalangi jalan lahir
8.presentasi
dahi atau muka
C.Patofisiologi
1.
Robekan Perinium
Robekan
perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam tengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu
lama.
Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas apabila kepala
janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala
janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginial.
2.
Robekan Serviks
Persalinan
selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang multiparaberbeda
daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas
mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila
terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap
dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri.
3.
Rupture Uteri
1.
Ruptura uteri spontan
a.
Terjadi spontan dan seagian besar pada persalinan
b.
Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen
bawah rahim yang berlebihan
2.
Ruptur uteri trumatik
a.
Terjadi pada persalinan
b.
Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstraksi farsep, ekstraksi
vakum, dll
3.
Rupture uteri pada bekas luka uterus
Terjadinya
spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi pada uterus.
D.Tanda
dan Gejala
1.
Robekan jalan lahir
Tanda
dan Gejala yang selalu ada :
- Pendarahan segera
- Darah segar yang mengalir segera setelah bayi hir
- Uterus kontraksi baik
- Plasenta baik
Gejala
dan tanda yang kadang-kadang ada
- Pucat
- Lemah
- Menggigil
2.
Rupture Uteri
Tanda
dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Dramatis
Nyeri
tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
Penghentian
kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
Perdarahan
vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
Terdapat
tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas
pendek ( sesak )
Temuan
pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
Bagian
presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
Janin
dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
Bagian
janin lebih mudah dipalpasi
Gerakan
janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ
sama sekali atau DJJ masih didengar
Lingkar
uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin
seperti berada diluar uterus ).
Tenang
Kemungkinan
terjadi muntah
Nyeri
tekan meningkat diseluruh abdomen
Nyeri
berat pada suprapubis
Kontraksi
uterus hipotonik
Perkembangan
persalinan menurun
Perasaan
ingin pingsan
Hematuri
( kadang-kadang kencing darah )
Perdarahan
vagina ( kadang-kadang )
Tanda-tanda
syok progresif
Kontraksi
dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak
dirasakan
DJJ
mungkin akan hilang
F.Penatalaksanaan
Medis
PENJAHITAN
ROBEKAN SERVIKS
- Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan anti septik ke vagina dan serviks
- Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak dibutuhkan padasebasian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar
- Minta asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut untuk membantu mendorong serviks jadi terlihat
- Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks, jika perlu
- Pegang serviks dengan forcep cincin atau forcep spons dengan hati–hati. Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan.
- Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas robekan) yang seringkali menjadi sumber pendarahan.
- Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.
- Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep arteri atau forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 4 jam. Jangan terus berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat mempererat pendarahan. Selanjutnya :
-
Setelah 4 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan dikeluarkan.
-
Setelah 4 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
-
PENJAHITAN
ROBEKAN VAGINA DAN PERINIUM
Terdapat
empat derajat robekan yang bisa terjadi saat pelahiran, yaitu :
Tingkat
I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dan jaringan ikat
Tingkat
II : Robekan mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot dibawahnya tetapi
tidak menenai spingter ani
Tingkat
III : robekan mengenai trnseksi lengkap dan otot spingter ani
Tingkat
IV : robekan sampai mukosa rectum.
PENJAHITAN
ROBEKAN DERAJAT I DAN II
Sebagian
besar derajat I menutup secara spontan tanpa dijahit.
- Tinjau kembali prinsip perawatan secara umum.
- Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, jika perlu.
- Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
- Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
- Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa tidak terdapat robekan derajat III dan IV.
-
Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam anus
-
Angkat jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
-
Periksa tonus otot atau kerapatan sfingter
- Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau DTT
- Jika spingter cedera, lihat bagian penjahitan robekan derajat III dan IV.
- Jika spingter tidak cedera, tindak lanjuti dengan penjahitan
PENJAHITAN
ROBEKAN PERINEUM DERAJAT III DAN IV
Jahit
robekan diruang operasi
- Tinjau kembali prinsip perawatan umum
- Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan lignokain. Gunakan blok pedendal, ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat dilakukan menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin serta diazepam melalui IV dengan perlahan ( jangan mencampurdengan spuit yang sama ) jika semua tepi robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
- Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
- Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
- Untuk melihat apakah spingter ani robek.
-
Masukkan jari yang memakai sarung tangan kedalam anus
-Angkat
jari dengan hati-hati dan identifikasi sfingter.
-Periksa
permukaan rektum dan perhatikan robekan dengan cermat.
- Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT
- Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan materi fekal, jika ada.
- Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait.
- Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5 % kebawah mukosa vagina, kebah kulit perineum dan ke otot perinatal yang dalam.
- Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian jepit area robekan denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit algi kemudian lakukan tes ulang.
- Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 4-0 dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa.
- Jika spingter robek
-
Pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter akan beretraksi jika
robek ). Selubung fasia disekitar sfingter kuat dan tidak robek jika ditarik
dengan klem.
-
Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus menggunakan benang 2-0.
- Oleskan kembali larutan antiseptik kearea yang dijahit.
- Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan untuk memastikan penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT.
- Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
PERBAIKAN
RUPTURE UTERUS
- Tinjau kembali indikasi.
- Tinjau kembali prinsip prawatan umum, prinsipperawatan operasi dan pasang infus IV.
- Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksis.
-
Ampisilin 2g melalui IV.
-
Atau sefazolin 1g melalui IV.
- Buka abdomen
-
Buat insisi vertikalgaris tengah dibawah umbilikus sampai kerambut pubis
melalui kulit sampai di fasia.
-
Buat insisi vertikal 2-3 cm di fasia.
-
Pegang tepi fasia dengan forcep dan perpanjang insisi keatas dan kebawah dengan
menggunakan gunting.
-
Gunakan jari atau gunting untuk memisahkan otot rektus (otot dinding abdomen )
-
Gunakan jari untuk membuka peritoneum dekat umbilikus. Gunakan gunting untuk
memperpanjang insisi ke atas dan ke bawah guna melihat seluruh uterus. Gunakan
gunting untuk memisahkan lapisan peritoneum dan membuka bagian bawah peritoneum
dengan hati-hati guna mencegah cedera kandung kemih.
-
Periksa area rupture pada abdomen dan uterus dan keluarkan bekuan darah.
-
Letakkan retraktor abdomen.
- Lahirkan bayi dan plasenta.
- Infuskan oksitoksin 20 unit dalam 1L cairan IV ( salin normal atau laktat ringer ) dengan kecepatan 60 tetes permenit sampai uterus berkontraksi, kemudian kurangi menjadi 20 tetes permenit.
- Angkat uterus keluar panggul untukmelihat luasnya cedera.
- Periksa bagian depan dan belakang uterus.
- Pegang tepi pendarahan uterus denganklem Green Armytage ( forcep cincin )
- Pisahkan kandungan kemih dari segmen bawah uterus dengan diseksi tumpul atau tajam. Jika kandung kemih memiliki jaringan parut sampai uterus, gunakan gunting runcing.
RUPTURE
SAMPAI SERVIKS DAN VAGINA
- Jika uterus robek sampai serviks dan vagina, mobilisasi kandung kemih minimal 2cm dibawah robekan.
- Jika memungkinkan, buat jahitan sepanjang 2cm diatas bagian bawah robekan serviks dan pertahankan traksi pada jahitan untuk memperlihatkan bagian-bagian robekan jika perbaikan dilanjutkan.
RUPTURE
MELUAS SECARA LATERAL SAMPAI ARTERIA UTERINA
- Jika rupture meluas secara lateral sampai mencederai satu atau kedua arteri uterina, ikat arteri yang cedera.
- Identifikasi arteri dan ureter sebelum mengikat pembuluh darah uterus.
RUPTURE
DENGAN HEMATOMA LIGAMENTUM LATUM UTERI
- Jika rupture uterus menimbulkan hematoma pada ligamentum latum uteri, pasang klem, potong dan ikat ligamentum teres uteri.
- Buka bagian anterior ligamentum atum uteri.
- Buat drain hematoma secara manual, bila perlu.
- Inspeksi area rupture secara cermat untuk mengetahui adanya cedera pada arteria uterina atau cabang-cabangnya. Ikat setiap pembuluh darah yang mengalami pendarahan.
PENJAHITAN
ROBEKAN UTERUS
- Jahit robekan dengan jahitan jelujur mengunci (continous locking ) menggunakan benang catgut kromik (atau poliglikolik)0. Jika perdarahan tidak terkandali atau jika ruptur melalui insisi klasik atau insisi vertikal terdahulu, buat jahitan lapisan kedua.
- Jika rupture terlalu luas untuk dijahit, tindak lanjuti dengan histerektomi.\
- Kontrol pendarahan dalam, gunakan jahitan berbentuk angka delapan.
- Jika ibu meminta ligasi tuba, lakukan prosedur tsb pada saat ini.
- Pasang drain abdomen
- Tutup abdomen.
-
Pastikan tidak ada pendarahan. Keluarkan bekuan darah dengan menggunakn spons.
-
Pada semua kasus, periksa adanya cedera pada kandung kemih. Jka teridentifikasi
adanya cedera kandung kemih, perbaiki cedera tsb.
-
Tutup fasia engan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik
(poliglikolik) 0.
-
Jika terdapat tanda-tanda infeksi, tutup jaringan subcutan dengan kasa dan buat
jahitan longgar menggunakan benang catgut ( poligkolik ) 0. Tutup kulit dengan
penutupan lambat setelah infeksi dibersihkan.
-
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras
vertikal menggunakan benang nelon ( sutra ) 3-0 dan tutup dengan balutan
steril.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kami
dapat menyimpulkan bahwa perlukaan pada jalan lahir, sebagai akibat persalinan,
terutama pada seorang primipara. Baik itu berupa robekan perinium, robekan
serviks atau rupture uteri. Hal ini dapat diatasi apabila seorang tenaga
kesehatan dapat mengelolanya dengan baik.
B.Saran
- Bagi Mahasiswa
Mahasiswa
diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan lahir sampai dengan
bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan medisnya, menerapkan konsep
asuhan kebidanan kepada klien dengan perlukaan jalan lahir.
- Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapakan
mampu mengerti tentang robekan jalan lahir dan dapat memberikan pelayanan yang
terbaik bagi klien serta mampu memberikan asuhan secara komprehensif.
No comments:
Post a Comment